Uang Untuk Emak





Prompt # 11, Nota






Langit semakin menghitam saat aku sampai di perempatan jalan itu. Bergegas aku menuju tempat sampah yang ada di pojok jalan. Aku korek-korek ia dengan sebatang bambu pendek yang kubawa. Syukurlah ada banyak botol dan gelas plastik disana. Segera mereka ku pungut dan kubersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel. Aku tarik dua karung yang tergeletak disampingku. Aku masukkan mereka ke dalam karung-karung itu. Ah, puas sekali aku dengan pekerjaanku hari ini. Aku yakin hari ini mimpiku akan terwujud. Tunggu aku mak, batinku gembira.

“Lik, Lik Karman, aku dapat banyak Lik, hari ini!” teriakku dari kejauhan .


Lik Karman menoleh kepadaku dan tersenyum,”Ora usah mlayu-mlayu, ndak tibo. Wes gek ndang nggowo mrene!” Lik Karman membalas teriakanku.

Aku terengah-engah ketika sampai di hadapannya. “Lik cepat itung punyaku, Lik… Aku pasti dapat banyak hari ini. Jangan di potong yo, Lik…!” tenggorakanku terasa kering. Berlari dari pinggir jalan besar sampai ke pengepul disini ternyata membuatku haus juga. Aku menuju ke sebuah botol galon di meja dekat timbangan hasil pulungan. Ah, segelas air menyegarkan badanku lagi.

“Iya, iya. Memang kamu mau beli opo to, Le, ? Kok semangat temen. Pake ga boleh di potong segala. Kalo di potong itu kan buat tabunganmu to, Le. Kalo suatu hari kamu butuh mendadak,” tanya Lik Karman tanpa bermaksud menyelidik.

“Wis, dihitung aja Lik, itu aku sudah bersihkan botol dan gelas dari label-labelnya kok. Wis, Lik Karman ndak usah kawatir. Punyaku bersih pokoke.”

“He he he iyo, iyo. Nah. Wis iki. Sik tak ngambil duite dulu,” kata Lik Karman. Aku berjongkok menunggu di dekat timbangan. Tak lama Lik Karman muncul.

“Nyoh, iki Le, duitmu. Akeh tenan. Rong puluh ewu. Rep kanggo opo, Le?” Lik Karman mengulurkan sejumlah uang padaku. Aku menerimanya dengan wajah sumringah.

“Matur nuwun, Lik.” Aku segera berlari pulang tanpa niatan menjawab pertanyaan Lik Karman.

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku menatap kertas nota yang tertempel di tembok. Kertas nota yang membuatku berpisah dari simbok sampai sekarang ini. Dulu simbok di tuduh mencuri saat alarm di mini market, -tempat Simbok numpang istirahat diterasnya,- itu berbunyi. Simbok tidak tahu kedua botol itu datangnya dari mana. Tahu-tahu ia ada disamping kami.
“Saya ini cuma ngaso disini, Pak…, sungguh itu bukan tas kresek saya, Pak,” rintih simbok memelas. Aku hanya bisa melihat dengan bingung. Petugas keamanan itu maksa Simbok untuk membayar sejumlah uang yang ada pada nota itu atau ia akan dibawa ke polisi.

Sayangnya, uang Simbok tak sebanyak itu. Jadilah Simbok di naikin ke mobil patroli polisi. Dan sejak saat saat itu aku tidak pernah melihat simbok lagi. Kabar simbok pun aku tak tahu.


Credit


Karena itu aku kerja keras berhari-hari. Karena tak ada simbok, jadi aku harus membeli semuanya dengan uang hasil mulungku. Sisanya aku masukkan ke sebuah kaleng usang. Sudah ada beberapa kaleng. Aku harap uang itu akan bisa membebaskan simbok. 

Jadi, siang tadi aku bawa uang itu ke kantor polisi, tak lupa aku juga bawa foto usang simbok. Tapi di kantor polisi pinggir jalan besar itu tak ada. Katanya Simbok ada di LP Cipinang. Tapi, dimana Cipinang itu? Tanyaku lirih kepada nota di tembok itu. Dan nota itu hanya melambai diam terkena hembusan angin malam. Angin yang menyusupkan dingin, mengajakku untuk mendekapkan kedua tangan. Aku kangen kamu, Mbok, bisikku lirih

Komentar

  1. Mbak, tidak semua orang mengerti bahasa jawa. Termasuk saya :)

    BalasHapus
  2. saya juga ga ngerti bahasa jawa #nyengir
    jadi sebaiknya dibuat catatan kaki.
    oh, ya. satu lagi. penggunaan kata di nya masih banyak yg salah.
    di tuduh dan di naikin seharusnya dituduh dan dinaikin
    emm, terus apa ya?

    BalasHapus
  3. kalau menurut saya ini masih tergolong cerpen, belum terlalu padet :). tetep semangat nulis ya mbak :)

    BalasHapus
  4. Iya ini cerpen. Kalau mau dijadikan FF, banyak yang harus dibuang.

    Padahal itu sebenernya ada yang bisa dijadikan twist tuh.

    Udah dimasukkan ke blog MFF belom mbak? Ato sengaja ga dimasukkan?

    BalasHapus
  5. mbak saran aja,,
    ini tulisan kekecilan
    hihihi :-D

    BalasHapus
  6. Iya aku gak ngerti bahasa jawa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer